PEMAHAMAN MAHASISWI STDI IMAM SYAFI’I JEMBER TERHADAP HADIS LARANGAN MENCELA PEMIMPIN DAN STABILITAS NEGARA
Kata Kunci:
hadis, mencela, pemimpin, stabilitas negaraAbstrak
Seorang pemimpin perlu merancang berbagai kebijakan dengan berpedoman pada syariat dan kondisi rakyat dalam menjalankan kepemimpinan. Kalangan yang kurang puas dengan kinerja pemimpin terkadang melayangkan celaan melalui berbagai media, baik secara lisan maupun tulisan. Agama Islam telah melarang perbuatan ini, karena mencela pemimpin dapat mengakibatkan terganggunya stabilitas negara, misalnya menyebabkan terjadinya keributan di tengah masyarakat. Larangan ini telah disebutkan dalam beberapa dalil syariat, di antaranya adalah hadis. Mahasiswi STDI Imam Syafi’i Jember berjumlah sekitar 600 orang dari prodi Ilmu Hadis, Hukum Keluarga Islam, dan I’dad Lughowiy. Mereka berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui redaksi hadis tentang larangan mencela pemimpin, menjelaskan perhatian Islam terhadap urusan kepemimpinan, serta menganalisis pemahaman para mahasiswi STDI Imam Syafi’i Jember terhadap korelasi hadis larangan mencela pemimpin dan stabilitas negara. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Salah satu redaksi hadis larangan mencela pemimpin adalah riwayat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu. (2) Islam telah mengatur hak dan kewajiban pemimpin dengan sempurna. (3) Mahasiswi STDI Imam Syafi’i Jember